Tampak pelajar melawan petugas, Pic. Koran Sindo |
Razia kendaraan dan Surat Izin Mengemudi (SIM) yang dilakukan Satlantas Polresta Medan di SMA Harapan, Jalan Imam Bonjol berlangsung ricuh, Sabtu (14/9). Sejumlah pelajar terlihat mencoba melakukan perlawanan kepada pihak kepolisian.
Saat tim dari Satlantas Polresta Medan melakukan razia sekitar pukul 13.30 WIB, adu mulut terjadi antara pelajar dengan personel kepolisian. Mereka tidak senang pihak kepolisian melakukan razia terhadap pengemudi di bawah umur yang tidak memiliki SIM di kawasan Jalan Sudirman, Medan, yang berjarak sekitar 200 meter dari sekolah ter sebut. Saat itu, mobil yang di kendarai seorang pelajar dihentikan petugas serta memintanya menunjukkan SIM dan surat kendaraan.
Namun, pelajar yang diketahui berinisial D tersebut tidak mampu menunjukkan SIM dan surat kendaraannya. Saat itulah seorang teman D memanggil rekannya yang lain. Bahkan seorang diantara mereka menyebutkan polisi menampar rekannya. Tapi hal ini langsung dibantah oleh petugas yang dituduh. “Yang nampar siapa? Ada kamu saya tampar?” kata petugas Briptu Elya Ginting kepada D pelajar yang dihentikannya.
Meski hal ini juga dibantah oleh D, rekannya berinisial AK alias C ngotot menyebut dia melihat polisi menampar D. Hal ini membuat petugas lain marah dan mencoba mengamankannya karena dituduh menjadi provokator. “Kamu kok jadi provokator? Ayo ikut ke kantor,” ujar petugas dan menarik kerah baju AK. Tarik-menarik antara polisi dan rekan AK yang menyelamatkannya membuat situasi menjadi kisruh. Namun, polisi mengurungkan niat menangkapnya dan meminta para pelajar untuk membubarkan diri.
Tidak lama kemudian, AK yang merasa tersinggung kem bali mendatangi polisi dengan membawa rekannya dalam jum lah lebih banyak. Ia pun langsung memper tanyakan alasan polisi menarik kerah bajunya. “Abangku pun polisi ya Pak, nggak pernah aku dibikin begini,” teriaknya. Sejumlah siswa SMA yang menantang polisi ini terlihat tak gentar. Bahkan di antaranya ada yang terlihat melawan polisi sambil merokok, padahal mereka masih mengenakan seragam sekolah.
Razia yang sempat ricuh ini menjadi tontonan warga yang melintas sehingga mengaki batkan kemacetan di kawasan Jalan Imam Bonjol dan Jalan Sudirman.
Di tempat terpisah, pengamat sosial dari Universitas Sumatera Utara (USU) Muryanto Amin mengatakan, siswa SMA Harapan yang menantang aparat kepolisian dalam menegakkan aturan ini, menunjukkan perilaku siswa yang tidak terbentuk kesabarannya. Lembaga pendidikan tidak berhasil menanamkan sikap karakter, disiplin di lingkungan sekolah, sehingga siswa bisa melakukan perlawanan terhadap aparat penegak hukum.
“Kalau begini, polisi harus konsekuen dan tegas karena hukum tidak pandang siapa, tapi memandang apa kesalahannya. Razia itu tindakan untuk menerapkan sanksi kepada yang melanggar aturan, makanya aparat kepolisian harus menindak tegas. Sementara lembaga pendidikan sebaiknya lebih dapat menanamkan pendidikan karakter kepada siswanya,” kata Muryanto.
Sementara itu, Kepala Satuan Lalu Lintas (Sat Lantas) Polresta Medan Komisaris Polisi (Kom pol) Budi Hendarso berjanji, akan bertindak lebih tegas terhadap siswa yang melawan polisi dan berkomunikasi dengan pihak sekolah. ”Tidak memiliki SIM dan melawan petugas berarti tidak menghormati proses hukum. Mereka akan ditindak tegas dan tidak tertutup kemungkinan masuk sel. Ini peringatan keras bagi orangtua dan guru di sekolah,” tegasnya.
Koran Sindo
Tags
Berita