Tak seperti biasa, Ketua DPR Setya Novanto (Setnov) sudah tiba di lobi Nusantara III sekitar pukul 09.30 WIB. Sambil tersenyum, dia lalu mengajak wartawan mewawancarainya dengan latar belakang tulisan NUSANTARA III.
"Biar orang tahu, pagi-pagi sudah ke kantor," kata Setnov.
Posisi ready, Setnov siap diwawancara. Tanpa dikomando dua kali, perwarta langsung memberondongkan pertanyaan terkait percaloan nama Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla di PT Freeport Indonesia.
Setnov terdiam sejenak. Berulang kali menghela napas, mata Setnov mulai tampak berkaca-kaca. Tangannya yang memegang kertas putih seukuran kartu nama dengan beberapa guratan pena terus bergetar.
"Di media bahwa saya mencatut nama presiden," Setnov membuka jawaban.
Padahal, menurut dia, sejauh ini pembicaraan antara dirinya dan presiden sebatas kepentingan bangsa. Setnov mengklaim dirinya punya pandangan sama dengan presiden: memerhatikan kesejahteraan masyarakat Papua.
"Kita tidak akan membawa nama-nama yang bersangkutan. Saya harus berhati-hati dan menyampaikan secara jelas apa yang disampaikan presiden ke saya," kata Setnov.
Setnov mengaku, tak pernah secara khusus bertemu Menteri ESDM Sudirman Said. Tapi, dia juga menganggap laporan Sudirman ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) hal wajar. Sah-sah saja.
"Yang penting substansinya," Setnov sambil membolak-balikkan kertas putih seukuran kartu nama di tangannya.
Setnov menghargai MKD. Tapi, dia tak tegas mengatakan, siap memberi keterangan di hadapan lembaga yang berhak menjatuhkan hukuman bagi anggota maupun pimpinan DPR itu.
Setnov juga tak mau banyak komentar soal `pemalakan` saham PT Freeport. "Kita harus hati-hati. Saya sangat memerhatikan kode etik di Indonesia dan AS atau perusahaan AS di manapun. Saham tidak gampang diberikan. Uang Rp100 ribu saja betul-betul harus dilaporkan, apalagi saham," ujar Setnov. Politikus Partai Golkar itu mengaku hanya ingin berkonsentrasi pada tugasnya sebagai pimpinan DPR. (Metrotvnews)
Tags
Berita