Sekitar 10 makam kuno di Raja Ampat, Papua Barat, dijarah setelah dibukanya akses perairan untuk pariwisata. Makam kuno itu terletak di ceruk-ceruk goa bukit karst di laut Raja Ampat.
Penjarahan itu terjadi di Misole, Teluk Maya
Libit, dan Teluk Kabui. Diperkirakan benda hilang meliputi ratusan tengkorak
dan bekal kubur berupa piring-piring keramik China dan patung- patung kayu adat
Raja Ampat.
Tokoh Pemuda Masyarakat Raja Ampat, Abraham Goran
Gaman (43), mengatakan, di makam kuno Aikor, Teluk Maya Libit, saat ini tak ada
lagi tengkorak tersisa. Warga juga menemukan bekas-bekas galian untuk mengambil
bekal kubur, tetapi tak mengetahui pelakunya.
”Warga umumnya menyalahkan turis karena kehilangan
di makam kuno mulai terjadi sejak akses pariwisata ke Raja Ampat terbuka untuk
turis, tahun 2008,” katanya, Jumat (22/3/2013), di Raja Ampat.
Lukisan kuno di dinding sebuah pulau di Teluk Kabui, Raja Ampat. @ kompas.tv |
Makam-makam kuno Raja Ampat itu diperkirakan telah
berusia lebih dari 300 tahun. Pada zaman dulu, adat pemakaman Raja Ampat adalah
meletakkan jenazah di goa bukit kapur tanpa dikubur bersama bekal kubur. Meski
tak lagi dilakukan, masyarakat masih menganggap makam kuno sebagai tempat yang
sakral.
Menurut Abraham, pencurian sulit dipantau karena
makam kuno terletak di pulau yang berbeda dari pemukiman warga. Masyarakat pun
sangat takut mendekati makam kuno karena dianggap sakral.
Salah seorang dari tiga Kepala Adat Desa Wawiyai,
di Teluk Kabui, Gerson Mangindal, mengatakan, penjarahan itu telah dilaporkan
ke dinas pariwisata.
Makam kuno selama ini menjadi daya tarik wisatawan
selain keindahan laut Raja Ampat.
sumber : kompas.com
Tags
Pengetahuan