Tweeps dan Facebooker menertawai caleg kalah yang meminta kembali uang yang telah dibagikan kepada rakyat ketika kampanye.
Di jejaring sosial Twitter, account @hendrik_zal geleng-geleng kepala mengetahui caleg kalah meminta uang kampanyenya kembali sama warga. “Ada-ada saja tingkah caleg gagal. Bikin malu saja,” kicaunya.
Account @OlivePaulina menilai, para caleg kalah tidak dewasa dan tidak berjiwa besar, jika menuntut kerugian materi yang telah dikeluarkan. “Makanya jangan nyaleg kalau nggak siap. Rugi bandar ternyata kan,” kicaunya.
Tweeps @arima_adim menyebut caleg yang menuntut uang kembali sebagai orang yang sakit jiwa. “Wah... wah... sudah mulai bermunculan ya orang-orang stres #gagal jadi caleg,” kicaunya.
Ilustrasi. Dok. Joglosemar.co |
Tweeps @cuma_dalu mempertanyakan, bagaimana kalau yang disumbang caleg gagal berbentuk karpet mushola? “Kalau karpet mushola pun diambil lagi, berarti tuh caleg durhaka. Yang model seperti ini terinspirasi film “Preman In Love” kayaknya,” kicaunya.
Tweeps @bizkun berguyon, kalau ‘money politics’ yang sudah diberikan tidak bisa dikembalikan. “Barang yang sudah dibeli tidak bisa dikembalikan,” kicaunya.
Tweeps @kampoengmerdeka khawatir, banyak caleg-caleg yang memberikan uang saat kampanye berhasil terpilih ke parlemen. “Model begini berbahaya, akan korupsi kalau jadi anggota parlemen,” kicaunya.
Tweeps @juliadunia mencoba memberikan saran kepada caleg yang gagal. “Mendaftar jadi anggota dewan itu jadi caleg, bukan lapangan kerja. Jadi jika gagal toh anda harusnya bisa kembali focus ke kerjaan semula,” kicaunya.
Tweeps @Bagnatara menilai, semestinya warga yang menerima ‘hadiah politik’ juga harus mendapat hukuman. “Caleg gagal minta balik amplopan dari rakyatnya. Sama-sama busuknya. #rakyat salah juga harus dihujat,” tegasnya.
Kaskuser sipanse1993 bilang, seharusnya seseorang yang menjadi caleg harus siap kalah dan rugi, apalagi yang memakai politik uang. “Caleg edan. Salah siapa kampanye pakai duit, di tempat ane juga sama aja gan begitu, karena media gak ada yang tau aja. Satu suara dihargain 50 ribu, udah pasti dicoblos caleg itu, miris memang gan. Lagian kata yang ngambil duitnya itu, dari pada nyoblos yang gak kenal, mending nyoblos yang ada duitnya aja. Hancur negeri kita gan, ulah caleg-caleg begitu,” katanya.
Kaskuser same.inter menertawai caleg yang meminta kembali pemberiannya selama kampanye ke warga. “Ha..ha..ha..ha.. Main curang mah enggak bakal menang,” katanya.
Kaskuser hiramakimen merasa senang caleg-caleg nyogok kalah pada pileg tahun ini. “Syukur deh enggak dipilih. Orangnya begitu bagaimana bisa mimpin,” cetusnya.
Kaskuser reto1 mengolok-olok caleg gagal yang menuntut pengembalian modal. “Harap maklum lah om, mereka stress gara-gara kagak lolos. Mungkin lagi butuh biaya gede buat periksa ke RSJ. jadi ditariklah duit yang sudah disebar,” kelakarnya.
Untuk diketahui, ada beberapa caleg kalah di berbagai daerah yang meminta pemberiannya selama berkampanye kepada warga untuk dikembalikan, seperti yang terjadi di Nunukan, Kalimantan Utara. Caleg dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Muhammad Jafar, mengaku meminta kembali dana money politics karena kecewa hanya mendapat dua suara di TPS 07 Kampung Nelayan Mansapa.
Muhammad Jafar mengaku memberikan uang kepada Kaharuddin, warga Kampung Nelayan Mansapa, karena sebelumnya ada jaminan akan mendapat 23 suara di TPS 07. Uang sebesar Rp 3,4 juta lebih itu dibagi dalam 23 amplop yang masing-masing berisi Rp 150.000.
“Dia (Kaharuddin) kan pernah ke rumah minta bantuan dana operasional. Katanya ada anggotanya 23 orang mendukung saya. Kalau enggak salah, sehari sebelum pencoblosan. Saya tidak pernah ke tempat orang itu. Saya berikan, kalau enggak salah begitu (dalam amplop) karena dia minta begitu. Tapi saya tidak tahu apakah uang itu dikasih ke orang atau bagaimana?” katanya.
Selain itu, tiga orang warga Kelurahan Sabilambo, Kolaka, Sulawesi Tenggara, mendatangi kantor Panwas Kolaka, Jumat (11/4). Lukaman, Helmiati, dan seorang lagi yang namanya enggan disebutkan datang untuk melaporkan Susilia Subardi, caleg Partai Amanat Nasional (PAN) dari dapil II Kolaka.
Mereka merasa terintimidasi oleh caleg tersebut lantaran sang caleg meminta uangnya untuk dikembalikan. Mereka pun dianggap pengkhianat sebab tidak memilih caleg tersebut saat proses pencoblosan beberapa hari yang lalu. (Fajar Online)
Tags
Berita