Kisah Gubernur Aceh yang Nyaris Menjadi Korban Tsunami

Gubernur Aceh yang juga bekas juru propaganda Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Irwandi Yusuf, mengisahkan kenangannya menyelamatkan diri dari bencana tsunami.

Irwandi menuturkan, saat itu dia menjadi tahanan politik terkait keterlibatannya di GAM dan mendekam di LP Keudah, Banda Aceh, yang kini sudah lenyap disapu gelombang. 

Minggu 26 Desember 2004 silam, dia bersama 178 tahanan di LP tersebut melaksanakan apel pagi. Tiba-tiba tanah Aceh diguncang gempa 9,3 Skala Richter. 

Selang beberapa saat, dari luar terdengar suara gemuruh diiringi teriakan histeris orang-orang yang dilanda kepanikan. 

Para tahanan menyerbu pintu gerbang untuk ke luar, namun sipir tak mau membuka pintu. Irwandi berinisiatif naik ke musala yang berada di lantai dua. Dalam waktu singkat tsunami menghantam dinding tembok LP, dia menerobos loteng untuk naik ke atas lagi. 

Kisah Gubernur Aceh yang Nyaris Menjadi Korban Tsunami“Saya melihat sekeliling seperti ladang pembantaian,” kenangnya saat menyampaikan pidato peringatan tujuh tahun tsunami Aceh di Lhok Nga, Aceh Besar, Senin (26/12/2011). 

Irwandi merupakan satu dari 60 tahanan LP yang selamat. “Kalau seandainya waktu itu saya ikut berada di pintu gerbang, mungkin saya juga tidak ada lagi," sebutnya. 

Selamat dari musibah, Irwandi yang masih berstatus tahanan melarikan diri hingga ke luar Aceh. Hingga akhirnya GAM sepakat berdamai pada 15 Agustus 2005 di Helsinki, Finlandia, dan Presiden memberi amnesti kepada para tahanan politik Aceh termasuk Irwandi. 

Mendapatkan hak politiknya kembali sebagai warga negara, Irwandi mencalonkan diri dalam pemilihan gubernur 2006 dan terpilih sebagai Gubernur Aceh. 

Baginya tsunami bukan hanya menyatukan pihak bertikai di Aceh, tapi juga mampu menyatukan bangsa-bangsa di dunia. Tanpa membedakan ras dan agama, bangsa-bangsa dunia berkumpul di Aceh setelah tsunami kemudian bersama membantu Provinsi itu bangkit. 

“Saya menyampaikan terima kasih kepada bangsa-bangsa di dunia yang telah membantu Aceh,” kata Irwandi. 

Bangsa Indonesia, lanjut dia, juga harus bangkit secara ekonomi agar mampu menyelesaikan secara mandiri tanpa berharap bantuan negara lain jika terjadi bencana. Selain itu Indonesia juga harus mampu membantu bangsa lain yang didera musibah. 

Jepang, lanjut dia, sudah membuktikan diri sebagai bangsa yang mandiri dengan tidak menerima belas kasihan negara lain saat tsunami delapan bulan lalu. Jepang juga salah satu negara yang banyak membantu Aceh saat tsunami 26 Desember 2004. 

Irwandi mengatakan gempa dan tsunami yang melanda Aceh bukanlah kutukan melainkan ujian dan pelajaran. Ujian agar umat mendekatkan diri kepada Nya dan pelajaran agar bangsa ini tahu bagaimana menjaga lingkungan dan bangkit kembali menata ekonomi. 

Masyarakat diharapkan jangan terus larut dalam musibah, namun harus bangkit menata perekonomian lebih baik dan mempelajari mitigasi bencana dan mengajarkannya kepada anak dan cucu. 

Irwandi mengatakan, salah satu hikmah dari tsunami adalah adalah berakhirnya konflik bersenjata yang mendera Aceh selama puluhan tahun. Kala itu banyak orang yang pesimis perang di Aceh tidak akan berakhir kecuali semua rakyat Aceh mati, namun tsunami bisa menghentikan perang. Dia berharap damai ini terus terjaga agar Aceh dapat terus dibangun. 

Post a Comment


Previous Post Next Post

Contact Form